Saturday, November 15, 2008

kebohongan iBu..


Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan

membuat manusia terperuk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini
justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari
kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari
penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum
bunga yang paling indah di dunia.

kisah ini saya dapat daripada salah seorang blogger.maaf ye.tak dapat nk statekan kat sini url nye..apapun mg kisah ini sama2 jadi pengajaran dan iktibar buat kita melayari kehidupan..

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak
laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya
untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak,
aku tidak lapar" ----------KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu
senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari
ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk
pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan
mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping
kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang
merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti
itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada
ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku
tidak suka makan ikan" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah,demi membiayai sekolah abang dan
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi
kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku,
melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan
pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : "Ibu, tidurlah, sudah
malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :
"Cepatlah tidur nak, aku tidak penat" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang
tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam.
Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan
segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang
dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan
kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku
segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :
"Minumlah nak, aku tidak haus!" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia
harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun
semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi
keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal
di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah
kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang
begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu
yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata :
"Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan
bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu,
ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk
memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota
sering mengirimkan sedikit wang untuk membantu memenuhi keperluan ibu,
tetapi ibu berkeras tidak mau menerima wang tersebut. Malahan mengirim
balik wang tersebut. Ibu berkata : "Saya ada duit" ----------KEBOHONGA N IBU
YANG KEENAM

Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master
dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di
Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta.Akhirnya aku pun
bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud
membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati,
bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : "Aku tak
biasa tinggal negara orang" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus,harus
dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik
terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang
terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan.Ibu yang
kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum
yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga
ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil
berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan
seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku,
Aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGA N IBU YANG KELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup
matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : "Terima kasih ibu..!" Cuba
dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelefon ayah ibu
kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk
berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat
ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu
kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan
pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau
apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping
kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orang tua kita?
Risau apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua
kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, cuba kita
renungkan kembali lagi... Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk
membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada
kata " MENYESAL" di kemudian hari.

No comments:

Post a Comment